Selasa, 15 Agustus 2017

Kunjungan Dlegasi Taipei Economic and Trade Office (TETO)


Dalam diskusi dengan delegasi Taipei Economic and Trade Office (TETO) yang berkunjung ke Makassar hari ini (14/08), Denny Hidayat selaku Kepala Bidang Pengembangan Aplikasi dan Telematika Dinas KOMINFO Kota Makassar memaparkan peluang kerjasama khusus Smart City antara kota-kota di Taiwan dengan Kota Makassar. Kota yang digadang menjalin kerjasama sister city adalah Kaoshiung dan Taitung.

Sebagai kota metropolitan, Makassar mengalami masalah yang sama dengan kota-kota lain pada tingkat pengangguran yang tinggi, tingkat kemiskinan, kemacetan, jumlah tindak kriminal yang tinggi, kawasan kumuh yang banyak, hingga tekanan geografis sebagai waterfront city, sehingga hal tersebut menjadi urgensi untuk melakukan penanganan dengan menggunakan tools yang tepat. Dan inilah alasan dipilihnya Sombere' and Smart City sebagai solusi.

Seperti kita ketahui Smart City selalu merupakan program journey based dan tidak dapat dikatakan selesai dalam jangka waktu singkat. Demikian pula dengan Sombere' and Smart City Kota Makassar yang setidaknya membutuhkan waktu paling cepat 10 tahun untuk pencapaian secara menyeluruh pada enam aspek Smart City.

Pada setiap tahun anggaran, Pemerintah Kota Makassar mengalokasikan anggaran melalui Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar terkait pengembangan Sombere and Smart City yang didukung pula dengan kebijakan program yang mengarah pada tujuan yang sama pada setiap SKPD.

Saat ini Pemerintah Kota Makassar telah memiliki fasilitas yang kami sebut War Room Smart City Kota Makassar yang terdiri dari Datacenter berikut sistem informasi pengelolaan keamanan kota terintegrasi bersama Polda Sulawesi Selatan dan Polrestabes Makassar, ujar Denny.

Dalam penjelasannya Denny memaparkan tahap selanjutnya adalah Integrasi infrastruktur network lingkup Pemerintah Kota Makassar, serta penyatuan pelayanan publik pada satu platform dengan cashless payment syatem. Dan yang paling penting saat ini adalah pengembangan sebuah decision support system dengan menggunakan big data untuk pengambilan setiap keputusan berbasis data untuk pembangunan Kota Makassar, sehingga kami berharap dapat mewujudkan community welfare lebih cepat di Kota Makassar, hal ini diakui oleh Chen Chieh Wei selaku ketua pusat penelitian teknologi Kota Taiwan saat berkunjung di War Room Smart City Kota Makassar di Balaikota.

Pada sisi lain kami juga berhasil mengembangkan layanan homecare dengan telemedicine yang terintegrasi berbasis ICT. Layanan homecare ini adalah layanan kesehatan bagi seluruh warga hingga ke rumah yang mampu menjangkau lorong-lorong sempit di Kota Makassar, sekarang layanan homecare telah memasuki 3 armada moda transportasi air untuk menjadi ambulance laut bagi warga kepulauan.

Di Makassar juga dikembangkan model Carester (care and rescue center) yang telah dibangun pada 3 lokasi pada 3 kecamatan yang ditargetkan selesai sebanyak 8 lokasi pada akhir tahun perencanaan.

Carester ini telah terintegrasi pula dengan layanan NTPD (nomor tunggal panggilan darurat) 112 yang akan mempercepat respon layanan kepada setiap kebutuhan masyarakat Kota Makassar. Dalam perjalanannya NTPD 112 tidak hanya melayani kebutuhan panggilan darurat, akan tetapi telah diperluas untuk melayani setiap kebutuhan masyarakat termasuk aduan atas pelayanan publik.

Beberapa inovasi Walikota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto misalnya, saat ini di Kota Makassar juga selesai pemilihan hampir 6000 RT dan RW secara serentak. RT dan RW yang banyak ini akan menjadi human sensor yang menggantikan IoT dengan dibekali aplikasi Smart RT/RW yang dipasang pada smartphone mereka. RT dan RW diberikan sembilan indikator kinerja mulai dari program lorong garden (Longgar), Makassarta Tidak Rantasa (MTR), Sombere, Retribusi Sampah, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Buku Administrasi RT/RW, Bank Sampah, Smart City (sosialisasi dan penetrasi Smard Card sebagai menuju cashless society ke masyarakat) dan potensi-potensi wilayah seperti inovasi, kamtibmas (Social Control).

Beberapa program yang pionir diantara kpta di Indonesia, misalnya Smart RT/ RW, RT dan RW melaporkan ke War Room secara realtime adanya indikasi mencurigakan pada rumah kosong tidak berpenghuni dan aktifitas lain yang dapat mengancam kamtibmas. Atau dalam keadaan Kota Makassar yang tengah hujan lebat, War Room menyebarkan broadcast message via aplikasi Smart RT/RW agar semua RT dan RW melakukan pemantauan ketinggian muka air pada titik pantau masing-masing yang telah ditetapkan, dan feedback data yang diperoleh diolah sehinga akan terbentuk sebuah decision support system untuk pengambilan keputusan yang tepat. Ini merupkan bagian kecil dari smart environment sekaligus smart govenrment yang melengkapi model lain yang sudah berjalan duluan.

Dalam diskusi yang alot Liu Chun-Chieh perwakilan dari Kaoshiung sangat tertarik untuk segera menjalin kerjasama antara Kota Makassar dengan Kaoshiung khususnya pengembangan Smart City yang saling mendukung kedua kota termasuk penguatan sumber daya manusia aparatur kedua belah pihak.

Sementara Lee Chia-Chieh Innovation Open House Taiwan, mengaku tertarik dengan konsep Smart Economy yang digagas melalui BULO (Badan Usaha Lorong) yang dikembangkan di Kota Makassar.

Pada kesempatan yang terbuka lebar melalui kerjasama antara kota Makassar dengan kota-kota lain di Taiwan, kami melihat peluang yang sangat luas dalam mendukung program Sombere' and Smart City di Makassar. "Kami yakin kerjasama ini akan menyediakan simber daya manusia dan alih alih teknologi yang menguntungkan bagi Makassar" ujar Denny.

Sumber : https://www.facebook.com/kominfo.id/

0 komentar:

Posting Komentar